Tuesday, 23 July 2013

(video) Terbeliak - Ustaz Kazim

Sakaratulmaut 

Tidak! Apabila nyawa telah sampai ke kerongkongan, dikatakan (kepadanya), "Siapa yang dapat menyembuhkan?" Dan dia yakin bahwa itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut beti (kiri) dengan betis (kanan), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau. Karena dia (dahulu) tidak mau membenarkan (Al-Qur'an dan Rasul) dan tidak mau melaksanakan shalat, tetapi dia justru mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran), kemudian dia pergi kepada keluarganya dengan sombong." (Qs al-Qiyamah: 26-33)





Pada ayat ke-26 Allah menyerukan manusia supaya sekali-kali tidak melupakan akhirat. Apabila nafas seseorang telah sampai ke kerongkongan maka pertobatan tidak ada lagi gunanya. Jangan sekali-kali terpengaruh dengan kehidupan duniawi dan ingatlah bahwa pada waktunya, jiwa manusia akan dicabut oleh malaikat maut. Bila nyawa bercerai-berai dengan tubuh, maka hubungan manusia dengan segala apa yang dimiliknya terputus dan ia akan menghadap babak baru dari kehidupannya yang kekal dan abadi. Dalam ayat lain, Allah berfirman yang artinya:

"Maka kalau begitu mengapa (tidak mencegah) ketika (nyawa) telah sampai di kerongkongan dan kamu itu ketika itu melihat."(Qs al-Waqi'ah: 83-84)

Pada ayat ke-27 lalu Allah menggambarkan suasana orang yang dalam sakaratul maut ketika keluarganya bertanya-tanya, "Siapakah yang dapat menyembuhkan?" Secara umum, pada saat seseorang sedang sakaratulmaut, kaum famili dan sanak keluarganya ditimpa oleh kegelisahan, "Siapa dan dokter mana gerangan yang dapat menyembuhkan dia dari sakitnya?" Artinya usaha-usaha pengobatan tetap dilakukan, namun orang harus yakin kalau memang sudah ajal, tidak seorangpun yang dapat menyelamatkannya dari ketentuan Allah itu. Semuanya tanpa pandang bulu, bahkan semua yang fana ini pasti akan hancur. Hanya Alllah sendiri yang tidak hancur.

Menurut Ibnu Abbas, ayat ini berarti "Siapakah gerangan yang mencabut nyawanya, apakah malaikat azab atau malaikat rahmat". Pokoknya terjadi saling bertanya, apakah si mayat berbahagia atau celaka dengan kematiannya. Manusia memang tidak mengetahui sebelum datang malaikat maut apakah ia akan selamat atau celaka.

Nah, pada ayat 28-29 digambarkan bahwa orang yang sedang menghadapi sakaratulmaut itu yakin bahwa itulah saat perpisahan dengan dunia. Dalam bahasa lain dapat dikatakan bahwa disaat kematian datang, seseorang baru merasa yakin bahwa telah tiba saatnya berpisah buat selama-lamanya dengan dunia, harta, keluarga dan sanak famili.

Allah sengaja menyebutkan kata-kata zanna (yang sebenarnya berarti menyangka) karena pada saat jiwa akan melayang itu pun, dia masih sangat ingin hidup lagi disebabkan kecintaannya yang berlebihan terhadap kehidupan yang fana ini. Manusia belum begitu yakin akan kematiannya sendiri.

Pernyataan ayat ini menyebutkan "betis kirinya telah bertaut dengan betis kanan" mengandung arti bahwa dia sudah tidak dapat menggerakkan kedua betisnya (kaki)nya. Bahkan ia juga tidak lagi dapat menggerakkan batang tubuhnya karena organ dan jaringan tubuh telah berhenti bekerja.

Kata-kata iltaffa (bertaut) diartikan Ibnu Abbas dengan bertautnya di saat kematian itu antara beratnya meninggalkan dunia dengan ketakutan yang luar biasa menghadapi akhirat. Bertautlah bala dengan bala, dan disitulah letaknya siksaan sakaratulmaut yang hanya dapat dirasakan oleh yang bersangkutan.

Kemudian pada ayat ke-30 ditegaskan bahwa pada hari itu manusia dihalau kepada Tuhannya, yakni dikembalikan apakah ia akan ditempatkan di neraka atau di dalam surga.

Masih menurut Ibnu Abbas;  ayat ini merupakan pemberitaan tentang orang kafir yang tidak diterima di sisi Allah, roh yang dahulu tidak pernah mau beriman dan hanya berbuat menurut apa yang disukainya. Pengertian ayat ini dikaitkan dengan ayat lain:

"Dan Dialah penguasa mutlak atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, malaikat-malaikat Kami mencabut nyawa dan mereka tidak melalaikan tugasnya. Kemudian mereka (hamba-hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) ada pada-Nya. Dan Dialah pembuat perhitungan yang paling cepat." (Qs al-An'am: 61-62)

Semoga kita bisa mempersiapkan diri dengan sebaik-sebaiknya sehingga dapat bertemu Allah dengan senyuman dan penuh ridho kepada-Nya, Amiin.

Wallahu A'lam




dipetik dari Sohibu Qur`an

p/s: hidup hanya sekali dan mati pun sekali, ingat lah hidup hanyalah perjalanan dan persiapan untuk keakhiran. wallahhualam.


No comments :

Post a Comment